Di Indonesia saat bulan DESEMBER , pengamatan langit malam telah menjadi bagian penting dari budaya dan tradisi. Dalam sejarah, posisi Bulan dan Venus sering digunakan sebagai panduan navigasi atau sebagai bagian dari kalender tradisional. Fenomena seperti konjungsi ini tidak hanya memperkaya pengetahuan ilmiah, tetapi juga menghubungkan kita dengan warisan budaya yang telah lama ada.
Fenomena
langit seperti konjungsi Bulan dan Venus memiliki potensi besar untuk
menginspirasi generasi muda. Dengan memanfaatkan teknologi modern seperti
aplikasi astronomi dan alat observasi sederhana, siswa sekolah dan mahasiswa
dapat belajar tentang sains secara langsung dari alam.
Pada dasarnya semua
orang dewasa yang waras, sangat memahami faktor-faktor penyebab banjir dan cara
mengantisipasinya, meskipun sebagian di antaranya abai demi hasrat diri yang
menafikan kepentingan orang lain dan keberlanjutan lingkungan. Curah hujan yang
tinggi, semakin berkurangnya zona resapan air dan terbatasnya saluran drainase
sering disebutkan sebagai faktor utama penyebab banjir. Tetapi persoalan
utamanya terletak pada semakin meningkatnya jumlah penduduk yang membutuhkan
semakin banyak ruang, baik untuk hunian maupun untuk aktivitas penghidupan.
Bukan bermaksud
mengabaikan persoalan penggundulan hutan, meningkatnya kawasan industri dan
terbangunnya kawasan resapan air, tetapi pembangunan perumahan merupakan faktor
penting penyebab banjir. Pembangunan perumahan yang semakin ekspansif ke arah
pinggiran, bahkan ke arah zona resapan air telah menggejala di semua wilayah.
Model pembangunan perumahan ke arah horisontal (horizontal housing) yang
banyak memakan ruang dan tidak sesuai dengan regulasi yang mengatur, merupakan
realitas yang harus disadari bersama. Realitas ini menjadi salah satu penyebab
hilangnya zona resapan air dan semakin tingginya limpasan air hujan.
http://manajemenpertanahan.blogspot.com/01/banjir-pembangunan-perumahan.html
UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman secara tegas disebutkan bahwa negara bertanggung jawab
melindungi segenap bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah
yang layak dan terjangkau di dalam perumahan yang sehat, aman, harmonis, dan
berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia- tanpa khawatir akan kebanjiran.
“Banjir
tidak bisa dihilangkan sama sekali. Infrastruktur yang dibangun seperti
bendungan dibangun untuk mengurangi banjir misalnya periode ulangan 50 tahun.
Apabila hujan yang turun lebih besar dari itu tentu akan mengakibatkan banjir,”
kata Direktur Jenderal Sumber Daya Air pada acara jumpa pers mengenai Update
Penanganan Banjir di Media Center Kementerian PUPR. Kementerian PUPR
melalui Ditjen SDA telah membangun pengendali banjir seperti pembangunan
tanggul sungai dan kanal banjir yang tersebar di seluruh Indonesia sepanjang
869 km dengan total biaya Rp 15,928 triliun.
0 Komentar